JIKA KAU TERUS BERBICARA, KAPAN MAU MENDENGAR?

Februari 04, 2019

Photo by Joshua Ness on Unsplash
Dunia ini memang dipenuhi oleh orang-orang yang pintar. Hanya segelintir dari mereka yang bodoh. Dan tak banyak juga orang-orang yang bijak. Orang pintar akan berbicara pada mereka yang bodoh. Orang pintar juga akan berbicara pada mereka yang bijak. Tapi selalu ada saat dimana orang bodoh dan orang bijak, tak pernah bisa berbicara pada orang pintar, karena ada sekat kepintaran di sana.

Yang saya maksud dengan orang-orang pintar di sini adalah orang-orang yang terus berbicara tentang banyak hal. Ada saat dimana mereka berbicara berdasarkan kepintaran mereka sendiri, ada juga saat dimana mereka berbicara berdasarkan omongan orang lain. Mereka--orang-orang pintar--akan terus berbicara.

Hal paling menjengkelkan adalah ketika orang-orang yang bukan golongan pintar (seperti saya), ketika berbicara tentang A misalnya, orang-orang pintar tersebut justru berbicara tentang C. Ketika kita mengikuti pembicaraannya tentang C, maka ia akan terus berbicara tanpa pernah sudi memberikan kita kesempatan berbicara hal lain.

Jadi obrolan seperti itu tak ada kesinambungan. Obrolan seperti itu seperti terbang bebas begitu saja, tak ada yang coba menangkapnya. Jika terus dibiarkan seperti itu, maka tak akan menemukan hasil dari obrolan tak berarah itu. Ujungnya, saya menangkap sebuah keegoisan semata dari obrolan seperti itu.

Mungkin itulah alasan beberapa orang lebih memilih untuk berinteraksi dengan buku. Sebab buku memberikan kata saat kita mendengar, dan diam saat kita berbicara. Dan mungkin juga keegoisan tersebut menjadikan alasan kenapa ada orang-orang yang lebih memilih diam dalam sendiri.

Satu hal yang saya pahami: kita boleh berbicara tentang banyak hal, kita boleh menunjukan seberapa berisinya otak kita, tapi, tak peduli sepintar apapun kita, selalu ada waktu dimana kita harus mendengarkan orang lain dan peduli padanya.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook